Minggu, 07 Oktober 2012

PETA PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAP IKAN untuk Kesejahteraan Nelayan Bangka Belitung (bagian 1)


PETA PRAKIRAAN DAERAH PENANGKAP IKAN
 untuk Kesejahteraan Nelayan Bangka Belitung (bagian 1)

Menurut laporan LIPI (2003), pemanfaatan hasil potensi laut Bangka Belitung masih minim dimana yang baru termanfaatkan hanya sekitar 25% dari potensi produksi sumber daya perikanan tangkap yang mencapai 499.500 ton/tahun dan menjadi masalah yang belum terkelola dengan baik hingga saat ini. Selain itu, praktek penambangan timah di pulau Bangka (terutama daerah sekitar perairan terumbu karang) juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan perairan di sekitarnya. Hal ini diperparah lagi dengan praktek illegal fishing oleh nelayan asing sehingga sumber daya kita dijarah dengan seenaknya oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan wilayah sumber daya perairan yang luas dan potensi yang tersebar tentunya sangat membutuhkan semacam alat bantu yang dapat menggali potensi daerah tangkapan dan memberikan informasi lokasi penangkapan kepada para nelayan yang umumnya hanya nelayan wilayah pesisir (tidak jauh dari tepi pantai).

Bangka Belitung adalah provinsi yang kaya akan hasil sumber daya alam (SDA) -nya, hingga saat ini eksploitasi utama SDA nya yang masih tetap berjalan dan menjadi sumber Anggaran Pendapatan Belanja Daerah-nya adalah dari bidang pertambangan yaitu timah, ironisnya banyak pakar yang memprediksi bahwa stok timah sendiri akan habis dalam beberapa tahun ke depan. Secara logis, hal ini wajar dikarenakan timah termasuk jenis sumber daya yang tak terbaharukan (non renewable resources) atau sumber daya membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses pengembalian ketersediaan stoknya apalagi sudah mulai dieksploitasi sejak abad ke -13 silam.


Sedangkan jika kita boleh bercermin dan sadar akan kenyataan secara geografis, bahwa provinsi ini adalah provinsi kepulauan dimana luas wilayah lautnya mencapai 80% dari total luas wilayahnya (DKP – BABEL, 2008). Belum lagi ditambah dengan potensi laut perbatasan yang merupakan bagian paling selatan dari laut Cina Selatan (wilayah perairan BABEL) yang kaya akan ikan. Dari sisi nutrien air laut bagi kebutuhan organisme didalamnya, perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan masih memiliki kualitas yang baik. Menurut Thoha (2004), dari hasil pengukuran kepadatan fitoplankton pada awal musim timur tahun 2002 disimpulkan bahwa perairan muara memiliki kepadatan lebih tinggi jika dibandingkan dengan perairan terbuka (perairan Bangka Belitung). Dari beberapa informasi tersebut, mengindikasikan bahwa sektor perikanan dan kelautan dapat menjadi kandidat sektor andalan masa depan negeri Laskar Pelangi ini.


Gambar 1. Peta Pusat Ruang Kelautan dan Kawasan Andalan Laut Nasional
(Sumber: DKP – BABEL, 2007)

Menurut laporan LIPI (2003), pemanfaatan hasil potensi laut Bangka Belitung masih minim dimana yang baru termanfaatkan hanya sekitar 25% dari potensi produksi sumber daya perikanan tangkap yang mencapai 499.500 ton/tahun dan menjadi masalah yang belum terkelola dengan baik hingga saat ini. Selain itu, praktek penambangan timah di pulau Bangka (terutama daerah sekitar perairan terumbu karang) juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan perairan di sekitarnya. Hal ini diperparah lagi dengan praktek illegal fishing oleh nelayan asing sehingga sumber daya kita dijarah dengan seenaknya oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut. Dan wilayah sumber daya perairan yang luas dan potensi yang tersebar tentunya sangat membutuhkan semacam alat bantu yang dapat menggali potensi daerah tangkapan dan memberikan informasi lokasi penangkapan kepada para nelayan yang umumnya hanya nelayan wilayah pesisir (tidak jauh dari tepi pantai).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar